Spirit Bushido. Ajaran Hidup Penuh Makna Kesatria Jepang
Bushido 武 = Bu yang artinya Beladiri, 士 = Shi yang artinya Samurai atau orang dan 道 = Do yang artinya jalan atau cara, yang secara harfiah dapat diartikan menjadi tatacara berperilaku kesatria adalah sebuah kode etik kepahlawanan golongan Samurai dalam tatanan feodalisme Jepang. Samurai sendiri adalah sebuah strata sosial penting dalam tatanan masyarakat feodalisme Jepang. Bushido adalah etika moral bagi kaum samurai.
Bushido |
Ajaran Bushido berasal dari jaman Kamakura (Tahun1185-1333), terus berkembang mencapai jaman Edo (Tahun 1603-1867). Bushido menekankan kesetiaan, keadilan, rasa malu, tata-krama, kemurnian, kesederhanaan, semangat berperang, kehormatan. Aspek spirituallah sangat dominan dalam falsafah ajaran bushido. Meski memang menekankan prinsip “kemenangan terhadap pihak lawan”, hal itu tidaklah berarti menang dengan kekuatan fisik. Dalam semangat dan ajaran bushido, seorang Samurai diharapkan menjalani pelatihan spiritual guna menaklukkan dirinya sendiri, karena dengan menaklukkan diri sendirilah orang baru dapat menaklukkan orang lain. Kekuatan timbul dari kemenangan dalam disiplin diri. Justru kekuatan yang diperoleh dengan cara inilah yang dapat menaklukkan sekaligus mengundang rasa hormat pihak-pihak lain, sebagai proses kemantapan spiritual. Perilaku yang halus dan penuh tatakrama dianggap merupakan aspek penting dalam mengungkapkan kekuatan spiritual.
Bushido mengajarkan tentang kesetiaan, etika, sopan santun, tata krama, disiplin, kerelaan berkorban, kerja keras, kebersihan, hemat, kesabaran, ketajaman berpikir, kesederhaanan, kesehatan jasmani dan rohani. (Surajaya dalam Beasley, 2003: xx)
Nilai lain yang didalami dalam dalam ajaran Bushido adalah tentang bagaimana kita bersikap total, total dalam mengerjakan sesuatu, total dalam mengabdi, dalam kesetiaan, dalam segala hal menjalani kehidupan kita. Merasakan kehidupan dalam tiap nafas berarti kita benar-benar HIDUP yang sebenar-benarnya. Banyak dari kita yang hidup di dunia ini dengan setengah-setengah dan menyia-nyiakan hidup dengan bermalas-malasan. Bushido mengajarkan diri kita untuk merasakan setiap nafas yang kita hirup. Setiap detik hidup ini harus dijalani denga sungguh-sungguh. Segala bidang yang kita tekuni harus dijalani dengan segenap jiwa raga. Jika kita adalah seorang siswa, maka kita harus melaksanakan semua hal yang wajib dilakukan oleh seorang siswa, seperti belajar, mengerjakan tugas dan menjalani ujian. Anda wajib menenggelamkan diri Anda dalam proses menjadi seorang siswa. Dimana Anda benar-benar mendedikasikan hidup Anda untuk belajar serta menjadi seorang siswa seutuhnya.
Baca Juga : 7 Prinsip Bushido Jepang Yang Bisa Kita Contoh
Orang-orang yang berhasil di luar sana adalah mereka yang telah “Menenggelamkan diri” mereka dalam bidang yang mereka tekuni. Begitu juga dengan para musisi-musisi sukses seperti Kitaro ataupun Beethoven. Dalam perjalanan hidup mereka, musik merupakan segalanya dalam kehidupan mereka. Hal yang sama juga terjadi pada pembalap legendaris Micke Doohan (Sang Juara Dunia GP legendaris). Bagaimana dengan bidang yang lain? Tentunya hal yang sama akan terjadi jika Anda mampu “menenggelamkan diri” Anda sepenuhnya pada hal yang Anda kerjakan. Hidup secara TOTAL berarti Hidup menuju Kesuksesan.
Hubungan Bushido dan Seppuku (Harakiri)
Orang-orang di luar Jepang kerap mengasosiasikan semangat bushido dengan praktek bunuh diri atau yang biasa disebut seppuku yang tidak pernah dilakukan lagi di zaman modern ini. Seppuku adalah ritual bunuh diri dengan merobek perut sendiri dengan sebilah pedang sebagai bukti rasa tanggung jawab atau tidak kuat menahan rasa malu yang diterima.
Adegan Sepukku |
Di masa-masa feodal dulu di Jepang, para pendekar perang menganggap perut sebagai tempat bermukimnya jiwa. Jadi pada waktu mereka harus membuktikan rasa tanggung jawab sebagai pendekar atas perbuatannya, mereka lebih memilih melakukan seppuku. Tata caranya adalah bersimpuh lalu merobekkan pisau kecil atau biasa disebut tanto ke permukaan perut melintang agar usus terburai. lalu seseorang dibelakang atau yang menyaksikan harus bersiap untuk memenggal kepala yang bertujuan agar penderitaan nya tidak berkepanjangan. Di jaman Edo, seppuku bahkan merupakan bentuk hukuman mati bagi anggota kelas samurai. Yang bersangkutan melakukan sendiri seppuku, untuk itu disediakan seseorang guna membantu menuntaskan kematian tersebut agar penderitaan tidak berlarut-larut. Dewasa ini seppuku sama sekali tidak dipraktekkan lagi. Kasus terakhir tercatat pada tahun 1970 ketika seorang sastrawan besar Mishima Yukio melakukan bunuh diri dengan cara ini, dan hal itu sangat mengejutkan seluruh negeri Jepang. Di luar Jepang, praktek seppuku lebih dikenal dengan hara-kiri (merobek perut).
Artikel yang sangat menarik... Saya ingin berbagi article tentang Kuil Todaiji di http://stenote-berkata.blogspot.com/2018/05/nara-di-kuil-todai-ji.html
ReplyDeleteLihat juga video di youtube https://youtu.be/2i-MwzfWvs4